Kamis, 10 Februari 2011

Desa Talagajaya


Pada jaman dahulu dilembah gunung peer ada sebuah danau atau talaga ( sebutan dalam bahasa sunda ), hutan tersebut jarang sekali dijamah oleh manusia oleh karena itu tak pernah terjadi kerusakan dan keadaannya sangat asri dan indah , danau atau talaga tersebut di airi oleh mata air yang masyarakat sekitar menyebutnya mata air Gerewong.
Pada saat itu danau atau talaga tersebut menjadi tempat minumnya hewan-hewan yang ada disekitar danau atau talaga, air nya yang bening menjadi daya tarik mahluk hidup yang ada disekitarnya, hingga suatu saat datanglah seorang manusia atau tokoh yang bernama ‘ Eyang Prabu Bentang Ayunan ‘ asal muasal orang tersebut sampai saat ini masih menjadi misteri untuk masyarakat Desa Talagajaya karena semua para leluhur yang ada Desa Talagajaya tidak mengetahui asal nya darimana.
Dipinggir danau atau talaga tersebut ada sebuah jalan pintas yang sering dipakai untuk tujuan banjarwangi dan singajaya, jalan tersebut sering dipakai oleh pasukan tentara belanda atau walanda ( sebutan orang sunda dulu ), sehingga danau atau talaga tersebut sering dipakai tempat istirahat para tentara.
Eyang Prabu Bentang Ayunan mendirikan sebuah rumah disebelah selatan danau atau talaga jauh dari jalan lintas tersebut dan bersembunyi diantara rimbunnya pepohonan agar penjajah atau tentara belanda tidak mengetahui keberadaan rumah tersebut, hingga pada suatu sore datanglah pasukan tentara belanda dari arah singajaya seperti biasa mereka beristirahat di danau atau telaga tersebut, mendengar kegaduhan di danau atau telaga tersebut Eyang Prabu Bentang Ayunan memperhatikan dari jauh dan di ketahui bahwa ada beberapa tentara yang terluka/sakit, hari menjelang malam para tentara masih belum pergi dari danau atau telaga dan Eyang Prabu Bentang Ayunan kembali melihat situasi dan kondisi para tentara belanda tersebut dan memutuskan untuk menolong para tentara yang sakit. Melihat ada yang datang para tentara tersebut langsung menodongkan senjata kepada Eyang Prabu Bentang Ayunan, dengan tenangnya Eyang Prabu Bentang Ayunan menjelaskan maksud kedatangan beliau yang mau membantu menyembuhkan para tentara yang sakit, setelah di ijinkan oleh Komandan tentara tersebut maka mulailah Eyang Prabu Bentang Ayunan mengobati dengan mengambil Air dari Danau lalu Air tersebut diberi Do’a oleh beliau setelah itu Air tersebut diminumkan kepada para tentara yang sakit, dengan kuasa dan Izin Alloh SWT serta dengan Ilmu yang dimiliki oleh Eyang Prabu Bentang Ayunan seketika para tentara yang sakit menjadi sembuh, dengan kejadian tersebut para tentara tersebut berjanji tidak akan menggangu warga masyarakat yang ada di daerah itu. Dari situlah Eyang Prabu Bentang Ayunan dan Air danau atau talaga tersebut mulai terkenal dan menjadi sebutan untuk tempat tersebut dengan nama ‘ CITALAGA’.
Dengan seiring waktu berjalan banyak orang yang pindah dan membuat rumah di sekitar danau atau talaga tersebut dan berkembang menjadi sebuah kampung yang diberi nama ‘CITALAGA’ , dan asal muasal Desa Talagajaya di ambil dari nama danau tersebut yaitu TALAGA  yang berarti Danau dan JAYA  yang berarti Kuat / Berkembang dan nama tersebut mengambil dari nama belakang Desa sebelumnya yaitu Desa Tanjungjaya, dan saat ini keadaan Danau atau Talaga tersebut sudah tidak ada sebagian sudah menjadi Tanah Sawah dan sebagian lagi sudah menjadi Pemukiman warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar